Makalah Patologi Umum
“Trauma”
Wisda Novalanda 1503108
AKADEMI FISIOTERAPI WIDYA HUSADA SEMARANG
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas terselesainya makalah tentang trauma. Makalah ini berisi materi tentang definisi trauma, proses
penyakit trauma dalam tubuh, respon tubuh terhadap trauma, respon imun terhadap trauma,manisfestasi tubuh terhadap trauma, komplikasi penyakit trauma, dan
tetanus. Makalah ini, bertujuan untuk memberi pengetahuan yang mendetail tentang trauma. Makalah ini sangat berguna dalam memudahkan mahasiswa atau
mahasiswi untuk lebih memahami tentang materi yang akan dipelajari.
Akhir kata, tiada gading yang tak retak. Demikian dengan penyusunan makalah ini, kami sadar penyusunan makalah ini sangat lah kurang dari kata sempurna untuk itu kami mohon atas saran dan kritik yang membangun tetap kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Semarang, 6 April 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI ................................................................................................................... 3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................. 4
1.3 Tujuan ............................................................................................................. 5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Penyakit Trauma ................................................................................................................... 6
2.2 Proses Penyakit Trauma dalam Tubuh ................................................................................................................... 6
2.3Respon Tubuh Terhadap Trauma ................................................................................................................... 8
2.4Respon Imun Tubuh Terhadap Trauma ................................................................................................................... 9
2.5Manifestasi Tubuh Terhadap Trauma ................................................................................................................... 9
2.6 Komplikasi Penyakit Trauma ................................................................................................................. 10
2.7 Tetanus ................................................................................................................. 12
2.7.1 Pengertian Tetanus ................................................................................................................. 12
2.7.2 Tabel Tingkat dan Gejala Tetanus ................................................................................................................. 13
2.7.3 Cara dan Sumber Penularan Penyakit Tetanus ................................................................................................................. 14
2.7.4 Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Tetanus ................................................................................................................. 14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Trauma merupakan suatu kondisi dimana tubuh manusia akan mengalami kerusakan yang akan diakibatkan oleh gaya dari luar tubuh. Pada keadaan normal bila tubuh menghadapi trauma akan timbul mekanisme pertahanan melalui tiga mekanisme yaitu respons kardiovaskular, respons imunologi, dan respons metabolik. Ketiga mekanisme ini bekerja secara stimulan untuk menjaga homeostasis tubuh sehingga bila stres ini dapat dilewati maka pasien akan dapat bertahan hidup.
Pada pasien sakit kritis yang ditandai dengan fungsi organ yang labil atau organ mudah mengalami perubahan yang akan mempengaruhi fungsi organ lain sehingga timbul sindrom gangguan organ multipel yang bisa menjadi gagal organ multipel dengan mortalitas yang sangat tinggi. Pada pasien ini respons terhadap obat ataupun peralatan sulit diduga dan berbeda untuk tiap individu serta tergantung respons pasien dan perjalanan penyakit. Oleh karena itu, prinsip penanganan pasien sakit kritis di unit perawatan intensif dikenal istilah terapi berdasarkan respons dan titrasi. Tinjauan pustaka iniakan membahas tentang respon metabolik tubuh terhadap trauma secara lebih mendalam.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi penyakit trauma?
2. Bagaimana proses penyakit trauma dalam tubuh?
3. Bagaimana respon tubuh terhadap penyakit trauma?
4. Bagaimana respon imun terhadap trauma?
5. Bagaimana manisfestasi tubuh terhadap penyakit trauma?
6. Apa saja komplikasi penyakit trauma?
7. Apa yang dimaksud dengan tetanus?
1.3 Tujuan
1. Menambah pengetahuan tentang penyakit trauma.
2. Menambah pengetahuan tentang macam-macam penyakit trauma serta bagaimana prosesnya.
3. Untuk mengetahui respon imun, respon sel serta komplikasi terhadap trauma.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Penyakit Trauma
Trauma berasal dari bahasa Yunani yang berarti luka. Kata tersebut digunakan untuk menggambarkan situasi akibat peristiwa yang dialami seseorang. Para Psikolog menyatakan trauma dalam istilah psikologi berarti suatu benturan atau suatu kejadian yang dialami seseorang dan meninggalkan bekas. Biasanya bersifat negative, dalam istilah psikologi disebut post-traumatic syndrome disorder.
Ada tiga ciri khas trauma yaitu :
1. Adanya luka.
- Pendarahan atau skar.
- Hambatan dalam fungsi organ.
Transmisi energi pada trauma dapat menyebabkan kerusakan tulang, pembuluh darah dan organ termasuk fraktur, laserasi, kontusi, dan gangguan pada semua sistem organ,sehingga tubuh melakukan kompensasi akibat ada trauma bila kompensasi tubuh tersebut berlanjut tanpa dilakukan penanganan akan mengakibatkan kematian seseorang.
1. Trauma mekanik
a. Trauma tumpul,akibat luka :
v Luka memar → diskontinuitas pembuluh darah dan jaringan di bawah kulit tanpa rusaknya jaringan kulit.
v Teraba menonjol → pengumpulan darah dijaringan pembuluh darah rusak.
v Bentuk luka → menyerupai benda yang mengenai.
v Luka lecet → terjadi pada epidermis – gesekan dengan benda yang permukaannya kasar.
v Luka lecet tekan : arah kekerasan tegak lurus pada permukaan tubuh, epidermis yang tertekan melesak kedalam.
v Luka lecet geser → arah kekerasan miring membentuk sudut, epidermis terdorong dan terkumpul pada tempat akhir gerak benda tersebut.
v Luka lecet regang → diskontinuitas epidermis akibat peregangan yang letaknya sesuai dengan garis kulit.
v Luka robek → terjadi pada epidermis jaringan dibawahnya akibat kekerasan yang mengenainya melebihi elastisitas kulit jaringan.
b. Trauma tajam, akibat luka :
v Luka iris → dalam luka lebih kecil dari pada panjang irisan luka.
v Luka tusuk → dalam luka lebih besar atau lebih dalam dari pada panjang luka.
v Luka bacok → dalam luka kurang lebih sama dengan panjang luka.
c. Senjata api
v Kulit disekitar luka terbakar atau hitam karena asap.
v Rambut disekitar luka hangus.
v Pakaian yang menutupi luka hangus terbakar.
v Warna hitam dan kelim tato lebih luar disekitar luka.
2. Trauma fisika
a. Suhu panas (luka bakar)
v Eritem dengan ciri – ciri epidermis intak, kemereahan, sembuh tanpa meninggalkan sikatriks.
v Vesikel, bulla dan bleps dengan albumin atau NaCl tinggi.
v Necrosis coagulativa dengan ciri- ciri warna coklat gelap hitam dan sembuh dengan meninggalkan sikatriks (litteken).
v Karbonisasi (sudah menjadi arang).
b. Trauma dingin (hipotermia dan frostbiteHipotermia)
v Kulit pucat akibat vasokonstriksi kemerahan akibat vasodilatasi karena paralisis vasomotor center.
v Kulit berubah menjadi merah kehitaman, membengkak (skin blister), gatal dan nyeri. Kemudian timbul gangren superfisial yang irreversibel.
3. Trauma kimia
a. Asam kuat → mengkoagulasikan protein → luka korosif yang kering, kertas seperti kertas permanen.
b. Basa kuat → membentuk reaksi penyabunan → luka basah, licin → kerusakan sampai kedalam.
2.3 Respon Tubuh Terhadap Trauma
Respon tubuh terhadap trauma atau cedera adalah terjadinya reaksi endokrin berupa mobilisasi hormone-hormon katabolic dan terjadinya reaksi imunologik yang secara umum disebut respon stress atau respon cedera. Respon cedera yang tampak nyata secara klinik dapat diklasifikasikan menjadi enam hal, yaitu inflamasi, hiperalgesia, hiperglikemia, katabolisme protein, peningkatan kadar asam lemak bebas (lipolisis) dan perubahan air dan elektrolit yang terus-menerus. Diantaranya:
1. Aktivasi sistem saraf simpatik menyebabkan peningkatantekanan artera dan vena, bronkhodilatasi, takikardia,takipneu,capillary shunting ,dan diaforesis.
2. Peningkatan heart rate Cardiac output sebanding dengan stroke volume dikalikan heart rate. Jika stroke volume menurun, heart rate meningkat.
3. Peningkatan frekuensi napas. Saat inspirasi, tekanan intrathoracik negatif. Aksi pompa thorak ini membawa darah ke dada dan pre-loads ventrikel kanan untuk menjaga cardiac output.
4. Menurunnya urin output. Hormon anti-diuretik dan aldosteron dieksresikan untuk menjaga cairan vaskular. Penurunan angka filtrasi glomerulus menyebabkan respon ini.
5. Berkurangnya tekanan nadi menunjukkan turunnya cardiac output (sistolik) dan peningkatan vasokonstriksi (diastolik). Tekanan nadi normal adalah 35-40 mmHg
6. Capillary shunting dan pengisian trans kapiler dapat menyebabkan dingin, kulit pucat dan mulut kering. Capillary refill mungkin melambat.
7. Perubahan status mental dan kesadaran disebabkan oleh perfusi ke otak yang menurun atau mungkin secara langsung disebabkan oleh trauma kepala.
2.4 Respon Imun Tubuh Terhadap Trauma
Bagaimanapun masih ada perbedaan gender dalam hal respons imun dan hasil akhir perjalanan klinis pemberian immunonutrition, khususnya pada pasien yang mendapat trauma. Respon metabolik terhadap stres, trauma dan sepsis berhubungan erat dengan perubahan imunologis dalam tubuh. Konsekuensi hal ini adalah dibutuhkannya dukungan nutrisi untuk memperbaiki mekanisme pertahanan tubuh dan menurunkan morbiditas. Namun hanya sedikit pengaruh dukungan nutrisi tradisional pada fungsi imun. Sistem imun juga dipengaruhi oleh lipid dalam diet yang merupakan prekursor eikosanoid, prostaglandin dan leukotrin, sementara sintesis eikosanoid dimodifikasi oleh golongan antioksidan seperti vitamin E dan vitamin C, mineral Se dan Cu. Defisiensi Zn juga berhubungan dengan kegagalan fungsi sel-T.
Pada hewan percobaan yang diberikan Zn dalam jumlah sub-optimal memperlihatkan atrofia dari timus, penurunan jumlah lekosit dalam mediator antibodi dan respons hipersensitivitas tipe lambat. Tindakan hiperalimentasi sendiri gagal mengantisipasi berkurangnya massa otot serta imbangan nitrogen negatip selama kondisi kritis disebabkan perbedaan respons metabolik terhadap starvasi, stres, trauma dan sepsis. Aktivitas regional seperti alur nutrien, pemecahan molekul besar menjadi lebih kecil untuk memudahkan penyerapan, absorbsi protein, vitamin, trace element, air, penyimpanan sisa pencernaan, adalah hal-hal yang mempengaruhi respons imun selular dalam beberapa tingkatan. Pada kondisi klinis lain dapat ditemukan sindrom yang kompleks dari kakeksia malignansi sebagai kontributor utama morbiditas dan mortalitas pasien dengan keganasan lanjut. Faktor-faktor yang berperan termasuk perubahan metabolik yang menghasilkan hipermetabolisme dan anoreksia sehingga menurunkan asupan makanan; dalam hal mana suplemen oral gagal menaikkan berat badan bila gangguan metabolisme tidak dikoreksi.
2.5 Manifestasi Tubuh Terhadap Trauma
a. Mengarahkan kesulitan mereka kepada diri sendiri, menjadi pendiam, tidak mau bergaul dengan teman-teman mereka.
b. Kelakuan mereka seperti anak kecil lagi (ngompol di tempat tidur, mengisap jempol, mimpi ketakutan), atau bicara bergagap.
c. Menjadi cepat marah, aggressive, berkelakuan nakal, berkelahi.
d. Tidak dapat tidur, takut tidur sendiri, tidak mau ditinggal sendirian meskipun untuk waktu yang singkat saja.
e. Mencari “tempat aman” di tempat mereka berada. Kadang-kadang mau tidur di lantai, tidak mau tidur di tempat tidur, karena takut kalau tidur nyenyak tidak tahu kalau bahaya datang.
f. Ketakutan kalau mendengar, melihat, atau mencium sesuatu yang mirip seperti waktu kejadian trauma berlangsung.
g. Menjadi waspada terus-selalu melihat-lihat sekeliling karena takut ada bahaya.
h. Berlaku seperti tidak takut karena sesuatu dan kepada siapapun juga. Kalau ada bahaya mereka berlaku tidak wajar, sambil berkata mereka tidak takut pada apapun juga.Lupa kecakapan yang baru saja dipelajari.
i. Berkata-kata mau membalas dendam.
j. Sakit kepala, sakit perut, cepat capai dan sakit-sakit yang sebelumnya tidak ada.
k. Sering mengalami kecelakaan karena mengambil risiko yang berbahaya, menempatkan diri sendiri di tempat-tempat bahaya, men-sandiwarakan kejadian trauma sekali lagi seperti korban (victim) atau tokoh.
l. Kesulitan-kesulitan di sekolah, nilai yang menurun, dan kesulitan konsentrasi.
m. Menjadi pessimis, tidak ada harapan masa depan, kehilangan keinginan untuk survive, bermain, menikmati hidup.
n. Minum obat narkotik atau ikut gerakan-gerakan yang melawan kebudayaan (counter culture movement) teristimewa bagi anak-anak yang lebih tua.
Sesudah kejadian trauma berakhir, dan keadaan aman kembali, pikiran dan perasaan trauma masih saja mempengaruhi si anak untuk waktu yang lama. Pengalaman teroris masih terkilas dengan jelas dipikiran si anak, dan sangat mempengaruhi dia. Ini menyebabkan :
- Luka emosi
- Bingung (karena tidak mengerti trauma)
- Kelainan tingkah laku
Penyakit mungkin sekali mempunyai efek yang diperpanjang, sekunder atau jauh. Misalnya penyebaran organisme penyakit trauma dari tempat asal masuknya kuman, pada tempat itu terjadi rangsangan reaksi radang, yang menyebar ketempat lain dari tubuh manusia, dimana reaksi yang serupa akan terjadi.
A. Komplikasi penyakit trauma tumpul, tajam, dan tembak (trauma abdomen)
1. Perforasi
Gejala perangsangan peritonium yang terjadi dapat disebabkan oleh zat kimia atau mikroorganisme. Bila perforasi terjadi di bagian atas, misalnya lambung, maka terjadi perangsangan oleh zat kimia segera sesudah trauma atau timbul gejala peritonitis hebat. Bila perforasi terjadi dibagian bawah seperti kolon, mula-mula timbul gejala karena mikroorganisme membutuhkan waktu untuk berkembang biak, baru setelah 24 jam timbul gejala-gejala akut abdomen karena perangsangan peritoneum. Mengingat kolon tempat bakteri dan hasil akhirnya adalah feses, maka jika kolon terluka dan mengalami perforasi perlu segera dilakukan pembedahan. Jika tidak segera dilakukan pembedahan, peritonium akan terkontaminasi oleh bakteri dan feses. Hal ini dapat menimbulkan peritonitis yang berakibat lebih berat.
2. Perdarahan
Setiap trauma abdomen (trauma tumpul, trauma tajam, dan tembak) dapat menimbulkan perdarahan. Yang paling banyak terkena robekan pada trauma adalah alat-alat parenkim, mesenterium, dan ligamenta. Diagnostik perdarahan pada trauma tumpul lebih sulit dibandingkan dengan trauma tajam,lebih-lebih pada taraf permulaan.
B. Komplikasi trauma fisika
Komplikasi akibat trauma panas (luka bakar)
- Shock
- Infeksi
- Masalah distres pernapasan
· Stadium perangsangan (hipotermia ringan, 32-35 drajat Celcius) : terjadi tremor otot maksimal, akibatnya kecepatan metabolisme basal sangat meningkat, semua sumber glukosa dipakai, penggunaan O2 meningkat sampai 6 kalinya. Peningkatan tekanan darah, menimbulkan nyeri.
· Stadium kelelahan (hipotermia sedang, 28-32 drajat Celcius) : sumber glukosa tidak ada lagi, terjadi bradikardia, aritmia dan depresi pernapasan.
· Stadium paralysis (hipotermia berat, di bawah 28 drajat Celcius) : koma, refleks pupil hilang (tetapi tidak ada tanda kematian otak), diikuti ventrikel, asistol, dan apnea. Semakin rendah penurunan suhu yang terjadi sampai aliran darah ke otak terhenti, maka semakin lama otak bisa menoleransi terhentinya sirkulasi (30drajat C:10-15 menit, 18drajatC:60-90 menit).
D. Komplikasi trauma kimia
Komplikas trauma kimia asam kuat dan basa kuat sering terjadi pada trauma mata. Diantara komplikasinya yaitu :
- Kehilangan penglihatan
- Glaukoma
- Katarak
- Ulkus/perforasi kornea
- Sikatrik kornea
- Retinal detachment
- Konjungtiva
- Palpebra
2.7.1 Pengertian Tetanus
Tetanus merupakan penyakit infeksi akut dan seringkali fatal yang disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani yang memproduksi toksin (racun). Racun ini yang kemudian menghasilkan gangguan saraf yang ditandai dengan meningkatnya tegangan dan kekejangan otot.
Biasanya bakteri ini masuk ketubuh melalui luka tusuk yang terkontaminasi seperti kait logam, serpihan kayu, atau gigitan serangga. Meskipun demikian, luka lain seperti luka bakar, luka operasi, borok, dan tali pusat bayi baru lahir juga dapat menjadi pintu masuk bakteri ini.
Tetanus terjadi secara sporadik dan hampir selalu mengenai orang yang belum pernah diimunisasi, atau bahkan yang sudah diimunisasi secara lengkap yang tidak menjaga imunitasnya dengan vaksinasi ulangan. Akan tetapi, penyakit ini merupakan penyakit yang dapat dicegah sepenuhnya dengan vaksinasi.
Gejala-gejala tetanus merupakan akibat dari salah satu jenis racun yang mempengaruhi sistem saraf, sehingga menyebabkan peningkatan tegangan dan kejang otot yang menyakitkan.
Terdapat kelompok gejala yang terdiri dari kekakuan, kekejangan otot, dan jika berat akan terjadi disfungsi pada sistem saraf otonom (bagian dari sistem saraf yang mengontrol kegiatan tubuh yang tidak disadari seperti napas, denyut jantung, dll). Kekakuan leher, sulit menelan dan membuka mulut merupakan gejala awal. Kejang pada otot dapat mengenai ke otot – otot wajah menghasilkan tampilan wajah yang khas yang sering disebut sebagai ‘risussardonicus’. Kekakuan juga dapat mengenai otot leher dan batang tubuh yang menyebabkan tubuh kaku membentuk seperti busur. Hal ini menjadi berbahaya jika kekakuan mengenai otot – otot pernapasan yang menyebabkan seseorang menjadi sulit bernapas.
2.7.2 Tabel Tingkat dan Gejala Tetanus
Tingkat | Gejala |
I | Ringan :trismus* ringan – sedang ; gangguan pernapasan (-) ; kejang (-) ; sulit menelan yang ringan atau tidak ada. |
II | Sedang :trismus sedang ; kekakuan yang cukup bermakna ; kejang ringan – sedang namun pendek ; gangguan pernapasan sedang dengan peningkatan laju napas lebih dari 30 kali per menit ; sulit menelan ringan. |
III | Berat : trismus berat ; kejang seluruh tubuh ; peningkatan laju napas lebih dari 40 kali per menit ; terdapat kejadian henti napas ; sulit menelan yang berat ; denyut nadi lebih dari 120 kali per menit. |
IV | Sangat Berat :tingkat III dan adanya gangguan sistem otonom yang berat yang mempengaruhi sistem kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah). Hipertensi berat dan denyut nadi yang cepat bergantian dengan tekanan darah rendah dan denyut nadi lambat yang menetap. |
2.7.3 Cara dan Sumber Penularan Penyakit Tetanus
Tetanus merupakan penyakit yang mempengaruhi sistem saraf dan otot pada manusia
Gejala klinis yang ditimbulkan dari toksin tersebut adalah dengan memblok pelepasan dari neurotransmiter sehingga terjadi kontraksi otot yang tidak terkontrol.
2.7.4 Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Tetanus
Pencegahan dapat dilakukan dengan imunisasi tetanus yang termasuk dalam vaksinasi DTaP (diphtheria, tetanus and acellular pertusiss). Anak-anak biasanya mendapatkan rangkaian dari empat dosis vaksin DTaP sebelum usia 2 tahun, diikuti dengan dosis tambahan pada umur 4-6 tahun. Setelah itu sebuah tambahan lagi direkomendasikan pada umur 11-12 tahun, dan juga vaksin tetanus dan difteri tambahan di setiap 10 tahun saat dewasa.
Wanita hamil juga harus mendapatkan vaksin di setiap kehamilan, walaupun telah divaksinasi sebelumnya. Selain itu penyakit tetanus dapat dihindari dengan mengawali hidup sehat, seperti menggunakan alas kaki saat melakukan aktivitas dan menjauhkan benda-benda yang telah berkarat dari lingkungan hidup Anda dan keluarga.
Pengobatan terhadap penderita tetanus adalah berupa :
1. Antibiotika
2. Antitoksin
3. Tetanus toksoid
4. Anti Kejang
Terdapat 3 prinsip untuk pengobatan bagi penyakit ini : (1) menghancurkan bakteri sehingga racun tidak diproduksi secara terus - menerus ; (2) menetralisasi racun yang sudah beredar di tubuh diluar sistem saraf pusat ; (3) meminimalisasi efek racun yang sudah mengenai sistem saraf pusat.
BAB III
PENUTUP
· Trauma berasal dari bahasa Yunani yang berarti luka. Kata tersebut digunakan untuk menggambarkan situasi akibat peristiwa yang dialami seseorang. Para Psikolog menyatakan trauma dalam istilah psikologi berarti suatu benturan atau suatu kejadian yang dialami seseorang dan meninggalkan bekas. Biasanya bersifat negative, dalam istilah psikologi disebut post-traumatic syndrome disorder.
- Ada tiga ciri khas trauma yaitu :
2. Pendarahan atau skar.
3. Hambatan dalam fungsi organ.
- Macam-macam trauma
2. Trauma fisika
3. Trauma kimia
· Tetanus merupakan penyakit infeksi akut dan seringkali fatal yang disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani yang memproduksi toksin (racun). Racun ini yang kemudian menghasilkan gangguan saraf yang ditandai dengan meningkatnya tegangan dan kekejangan otot.
DAFTAR PUSTAKA
1.
https://id.scribd.com/doc/299551020/Respon-Metabolik-Tubuh-Terhadap-Trauma
2. http://makalahpatologitrauma.blogspot.co.id/
3. http://milantikasd.blogspot.co.id/2015/06/makalah-trauma-suatu-penyakit.html